Spiga

Era Pasca Genom Padi

Inisiatif Jepang memimpin kolaborasi riset genom padi dengan melibatkan peneliti-peneliti terkemuka dari berbagai negara, telah berhasil mengungkapkan dan memetakan keseluruhan kode gen pada 12 kromosom yang melibatkan tanaman padi, sebagaimana terakhir dipublikasikan pada jurnal Nature 11 Agustus 2005 yang lalu. Tentunya kita bertanya-tanya apa yang bisa kita lakukan untuk memanfaatkan informasi gen yang jumlahnya mencapai 37 ribu itu. Bisakah kita memanfaatkan semuanya?
Bagi orang yang pernah mempelajari genetika, tentunya pernah belajar simulasi sederhana kasus genetika yang mewakili satu sifat misalnya, sifat bulat/kisut pada bentuk biji kacang kapri. Kasus tersebut hanya diwakili oleh satu sifat gen. Dalam mengidentifikasi dan merekayasa gen semacam itu, dibutuhkan kerja ekstra keras, apalagi sekarang kita berhadapan dengan lebih dari 37 ribu gen, tentunya ini merupakan pekerjaan yang sangat berat ditambah lagi dengan diperkirakannya bahwa diantara gen-gen tersebut terdapat berbagai gen yang mendukung (upregulate) dan bertolak belakang (downregulate) dengan gen lainnya dalam membangun sebuah sifat pada tanaman padi, disamping sifat-sifat yang diwakili oleh satu gen. Diharapkan ke depannya, gen-gen yang telah terungkap ini bisa diketahui fungsinya sehingga bisa bermanfaat dalam upaya perekayasaan tanaman yang unggul (gen fungsional).

Inilah yang ingin dikemukakan oleh beberapa peneliti yang sejak tahun 1998 terlibat dalam proyek sekuensing genom padi internasional (IRGSP) pada pertemuan ke-10 SABRAQ (Society for the Advancement of Breeding Researches in Asia and Oceania) di Tsukuba-Jepang pada tanggal 22-23 Agustus 2005 lalu. Mereka diberikan kesempatan pada sesi pembukaan di hari pertama pertemuan empat tahunan ini, untuk menjelaskan tentang tantangan dan peluang yang terkemuka dari pengungkapan kode genom padi tersebut.
Setidaknya dua peneliti yang mempunyai nama besar di bidang genetika dan bioteknologi tanaman padi, seperti Dr. Makoto Marsuoko (IRGSP/National Institute of Agrobiological Sciences – Japan) dan Dr. Bin Han (IRGSP/National Center for Gene Research, Chineses Academy of Science) turut menyampaikan topik mengenai genom sekuen pada padi. Dr. Baltazar A. Antonio (NIAS) juga berkesempatan menyampaikan rencana riset pasca genom padi yang ditargetkan pada tahun 2010 mampu mengindentifikasi gen fungsional pada padi sebesar 50% dari keseluruhan gen ini. Selanjutnya berturut-turut pembahasan dilanjutkan dengan topik-topik yang menyangkut beberapa contoh gen fungsional atau bagian dari gen yang berfungsi dalam pembentukan sifat pada tanaman padi misalnya gen yang mempengaruhi pemanjangan batang, penyerapan silicon sebagai mekanisme ketahanan tanaman terhadap serangan hama/penyakit dan kualitas/rasa beras.
Satu permasalahan yang masih tersisa dari kolaborasi riset genom padi adalah banyaknya data gen yang diperoleh dari berbagai peneliti yang tersebar di 32 lembaga riset di dunia menyebabkan sulitnya memperoleh akses data-data tersebut. Salah satu rencana untuk mengatasi permasalah tersebut yaitu penataan bioinformasi dengan mengumpulkan data-data tersebut dan membuat suatu database khusus untuk data genomic tanaman padi yang dapat diakses secara terbuka melalui website tersendiri. Meskipun dibangun sistem tersendiri untuk data genomic tanaman padi, akan tetapi beberapa di antara data tersebut tetap dapat diakses melalui GenBank.
Sumber: Berita Iptek

0 komentar:

Artikel Terkait