Belakangan ini harga minyak dunia naik tajam, oleh karena itu sudah waktunya dilakukan peningkatan penggunaan sumber energi alternatif. Energi alternatif yang dicari adalah energi yang terbarukan, yaitu biofuel atau atau bioenergi, sumber energi yang berasal dari bahan bakar nabati. Untuk itulah Kebijakan Energi Nasional dikeluarkan pemerintah dalam Perpres No 5 Tahun 2006. Indonesia mentargetkan BBN (Bahan Bakar Nabati) mengganti 10% konsumsi bahan bakar konvensional pada tahun 2010. Perluasan areal penanaman bahan baku energi alternatif ini dapat menggunakan lahan kritis.
Dikenal beberapa jenis BBN cair antara lain biodiesel dan bioethanol. Biodiesel dipakai sebagai pengganti minyak solar, sedangkan bioethanol dipakai sebagai pengganti bensin. Biodiesel antara lain dibuat dari minyak sawit dan minyak jarak, sedangkan bioethanol dari tumbuhan yang mempunyai gula dan pati. Sehubungan dengan kebijakan AS dan Eropa menjadikan BBN maka permintaan jagung dan kedelai naik sehingga harga pun melonjak. Hal ini perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak.
Para peneliti diharapkan dapat menciptakan teknologi yang dapat membantu menyelesaikannya. Untuk itu limbah pertanian menjadi sumber yang menjanjikan. Limbah pertanian kebanyakan diperoleh dari sisa hasil olahan produk. Perkembangan agroindustri di Indonesia telah menimbulkan peningkatan jumlah limbah pertanian.
Konon algae juga penghasil minyak yang dapat digunakan sebagai biodiesel. Diperkirakan algae pada kondisi terbaiknya mampu menghasilkan minyak 200 kali lebih banyak dibandingkan kelapa sawit. Budidaya algae biasanya dilakukan dalam kolam yang dangkal agar algae tetap dapat memperoleh sinar matahari, kemudian CO2 dari hasil proses bioethanol dialirkan di dalamnya. Selanjutnya, proses ekstraksi minyak dari algae dilakukan dengan pelarut heksan.
Pemanfaatan bioethanol tidak hanya untuk energi transportasi, tetapi dapat pula digunakan sebagai bahan bakar keluarga pengganti minyak tanah. Cara seperti ini bisa menjadi alternatif kelangkaan minyak tanah di pedesaan. Ternyata dengan pemanfaatan limbah pertanian dan pemanfaatan algae dapat mencukupi kebutuhan akan sumber bahan bakar.
Lapangan Kerja
Pengembangan bioenergi dapat menyerap tenaga kerja baru. Dengan pengembangan bioenergi menjadi sarana untuk membuka lapangan pekerjaan, terutama pada daerah-daerah transmigrasi sehingga sekaligus dapat mengurangi angka urbanisasi. Pada akhirnya, diharapkan akan didapatkan kesejahteraan yang merata dan mengurangi angka kemiskinan.
Perusahaan pertanian di daerah biasanya memprogramkan CSR sebagai kepanjangan dari Coorporate Social Responsibility. Program ini antara lain diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat di sekitar perusahaan untuk mengatasi kemiskinan.
Kesuksesan program ini antara lain dengan adanya “Desa Mandiri Energi”. Desa Mandiri Energi adalah desa yang dapat memproduksi sendiri kebutuhan energinya dan tidak lagi bergantung dari pihak yang lain.
Program ini dianggap mampu mengatasi kemiskinan, menciptakan lapangan kerja dan menyelamatkan lahan kritis menjadi lahan produktif.
Sumber: Media Biotek
Dikenal beberapa jenis BBN cair antara lain biodiesel dan bioethanol. Biodiesel dipakai sebagai pengganti minyak solar, sedangkan bioethanol dipakai sebagai pengganti bensin. Biodiesel antara lain dibuat dari minyak sawit dan minyak jarak, sedangkan bioethanol dari tumbuhan yang mempunyai gula dan pati. Sehubungan dengan kebijakan AS dan Eropa menjadikan BBN maka permintaan jagung dan kedelai naik sehingga harga pun melonjak. Hal ini perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak.
Para peneliti diharapkan dapat menciptakan teknologi yang dapat membantu menyelesaikannya. Untuk itu limbah pertanian menjadi sumber yang menjanjikan. Limbah pertanian kebanyakan diperoleh dari sisa hasil olahan produk. Perkembangan agroindustri di Indonesia telah menimbulkan peningkatan jumlah limbah pertanian.
Konon algae juga penghasil minyak yang dapat digunakan sebagai biodiesel. Diperkirakan algae pada kondisi terbaiknya mampu menghasilkan minyak 200 kali lebih banyak dibandingkan kelapa sawit. Budidaya algae biasanya dilakukan dalam kolam yang dangkal agar algae tetap dapat memperoleh sinar matahari, kemudian CO2 dari hasil proses bioethanol dialirkan di dalamnya. Selanjutnya, proses ekstraksi minyak dari algae dilakukan dengan pelarut heksan.
Pemanfaatan bioethanol tidak hanya untuk energi transportasi, tetapi dapat pula digunakan sebagai bahan bakar keluarga pengganti minyak tanah. Cara seperti ini bisa menjadi alternatif kelangkaan minyak tanah di pedesaan. Ternyata dengan pemanfaatan limbah pertanian dan pemanfaatan algae dapat mencukupi kebutuhan akan sumber bahan bakar.
Lapangan Kerja
Pengembangan bioenergi dapat menyerap tenaga kerja baru. Dengan pengembangan bioenergi menjadi sarana untuk membuka lapangan pekerjaan, terutama pada daerah-daerah transmigrasi sehingga sekaligus dapat mengurangi angka urbanisasi. Pada akhirnya, diharapkan akan didapatkan kesejahteraan yang merata dan mengurangi angka kemiskinan.
Perusahaan pertanian di daerah biasanya memprogramkan CSR sebagai kepanjangan dari Coorporate Social Responsibility. Program ini antara lain diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat di sekitar perusahaan untuk mengatasi kemiskinan.
Kesuksesan program ini antara lain dengan adanya “Desa Mandiri Energi”. Desa Mandiri Energi adalah desa yang dapat memproduksi sendiri kebutuhan energinya dan tidak lagi bergantung dari pihak yang lain.
Program ini dianggap mampu mengatasi kemiskinan, menciptakan lapangan kerja dan menyelamatkan lahan kritis menjadi lahan produktif.
Sumber: Media Biotek
0 komentar:
Posting Komentar